Menyelami tantangan penerjemahan Alkitab: menjaga keaslian Firman Allah agar dimengerti umat di segala bangsa.
Kemuliaan Allah dalam Firman
Amsal 25:2 berkata:“Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.”
Ayat ini menekankan bahwa hikmat sejati datang dari Allah, dan tugas manusia adalah menyelidiki serta menggali kebenaran itu. Dalam konteks sejarah Alkitab, penerjemahan Firman Tuhan adalah salah satu bentuk penyelidikan yang paling penting—sebuah upaya membawa pesan ilahi ke dalam bahasa manusia agar setiap generasi dan bangsa dapat memahami kasih Allah.
Namun, proses penerjemahan Alkitab tidak pernah lepas dari tantangan. Dari naskah asli dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani, hingga berbagai terjemahan modern, setiap tahap menghadapi dilema linguistik, teologis, maupun kultural.
1. Tantangan Bahasa dan Makna
Bahasa adalah alat komunikasi yang hidup, tetapi juga penuh keterbatasan. Kata dalam bahasa Yunani atau Ibrani sering kali tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa lain. Misalnya, kata Yunani logos dalam Yohanes 1:1 diterjemahkan sebagai “Firman”. Tetapi makna logos jauh lebih kaya—mengandung arti pikiran, akal budi, bahkan prinsip kosmik.Para penerjemah harus berhati-hati agar tidak mereduksi makna, namun tetap menjaga agar teks dapat dimengerti pembaca modern.
2. Tantangan Teks Asli dan Manuskrip
Tidak ada satu pun manuskrip Alkitab asli yang bertahan. Yang ada hanyalah salinan-salinan dari berbagai abad. Setiap salinan memiliki variasi kecil—huruf yang berbeda, kata yang tertukar, bahkan bagian yang hilang.
Oleh karena itu, penerjemah Alkitab harus bekerja keras membandingkan ribuan manuskrip untuk menemukan bentuk teks yang paling mendekati naskah asli. Disiplin ilmu yang disebut *kritik teks* menjadi sangat penting dalam hal ini.
3. Tantangan Konteks Budaya
Alkitab ditulis dalam konteks budaya Timur Tengah kuno. Banyak istilah, kebiasaan, atau perumpamaan sulit dipahami pembaca modern. Misalnya, perumpamaan tentang gembala dan domba sangat akrab bagi orang Israel, tetapi tidak bagi masyarakat perkotaan modern.
Penerjemah ditantang untuk menjaga makna asli, namun sekaligus menghadirkannya dalam bahasa yang relevan dengan budaya pembaca. Di sinilah dibutuhkan kebijaksanaan rohani dan kepekaan budaya.
4. Tantangan Teologis
Alkitab bukan sekadar teks sastra, tetapi Firman Allah yang berotoritas. Karena itu, setiap kata memiliki bobot teologis. Kesalahan dalam menerjemahkan dapat berakibat pada kesalahpahaman iman.
Contohnya, perdebatan panjang muncul dalam penerjemahan kata-kata kunci seperti justification (pembenaran) atau faith (iman). Perbedaan penerjemahan ini bahkan ikut memicu perbedaan doktrin di antara denominasi.
5. Sejarah Penerjemahan Alkitab
Penerjemahan Alkitab telah dimulai sejak zaman kuno:
- Septuaginta (abad ke-3 SM): terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani.
- Vulgata Latin (abad ke-4 M) oleh Hieronimus: menjadi standar gereja Barat berabad-abad lamanya.
- Terjemahan Reformasi: Martin Luther (Jerman), William Tyndale (Inggris), yang membuka akses Firman bagi orang awam.
- Zaman Modern: berbagai terjemahan seperti King James Version (1611), Revised Standard Version, hingga Alkitab Terjemahan Baru (Indonesia, 1974).
Setiap penerjemahan lahir dari konteks tantangan zaman masing-masing, namun semuanya berupaya setia pada naskah asli.
6. Relevansi Amsal 25:2 bagi Penerjemahan
Amsal 25:2 memberi kerangka bahwa penerjemahan Alkitab adalah bagian dari “menyelidiki rahasia Allah.” Penerjemah bukan hanya ahli bahasa, tetapi juga hamba Tuhan yang dipanggil untuk melayani umat melalui Firman.
Tantangan memang besar, tetapi upaya ini adalah bagian dari kemuliaan Allah: Firman-Nya dapat didengar dalam setiap bahasa, di setiap budaya, untuk membawa keselamatan kepada segala bangsa.
Buku Referensi untuk Memperdalam
Beberapa karya penting yang menolong memahami sejarah dan tantangan penerjemahan Alkitab antara lain:
- Bruce M. Metzger – The Text of the New Testament: Its Transmission, Corruption, and Restoration
- Alister McGrath – In the Beginning: The Story of the King James Bible
- Philip W. Comfort – The Origin of the Bible
- Eugene A. Nida – Toward a Science of Translating
- Lamin Sanneh – Translating the Message: The Missionary Impact on Culture
Buku-buku ini menjadi rujukan berharga untuk menggali lebih dalam dinamika penerjemahan Alkitab dari masa ke masa.
Kesimpulan: Firman Allah untuk Segala Bangsa
Penerjemahan Alkitab adalah karya yang penuh tantangan, namun juga penuh kemuliaan. Dari naskah kuno hingga bahasa modern, upaya ini memastikan Firman Allah dapat dimengerti oleh setiap orang.
Amsal 25:2 menegaskan bahwa ada kemuliaan dalam menyelidiki kebenaran Allah. Penerjemah Alkitab dipakai Tuhan untuk membuka rahasia Firman, agar kasih dan keselamatan dalam Kristus dapat diberitakan ke seluruh dunia.