Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan melayani dan memberi nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Tujuan Kedatangan Yesus ke Dunia
Matius 20:28 berkata:“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Ayat ini menyingkapkan inti dari misi Yesus di dunia. Ia tidak datang sebagai raja duniawi dengan kuasa politik, tetapi sebagai hamba yang penuh kasih. Ia adalah Sang Penebus yang rela memberikan hidup-Nya bagi keselamatan manusia. Inilah inti Injil: pengorbanan Yesus di kayu salib yang membawa penebusan bagi kita semua.
1. Yesus Datang untuk Melayani
Berbeda dengan pemimpin dunia yang sering menuntut dilayani, Yesus menunjukkan teladan yang berlawanan. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya, menyentuh orang sakit, menguatkan yang lemah, dan menghibur yang berduka.
Tindakan Yesus ini menunjukkan bahwa kasih sejati diwujudkan melalui pelayanan. Pelayanan Yesus bukan sebatas kata-kata, melainkan tindakan nyata yang mengubah hidup orang lain.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk mengikuti teladan ini: melayani dengan rendah hati, bukan mencari kehormatan bagi diri sendiri.
2. Yesus Memberi Nyawa-Nya
Puncak pelayanan Yesus adalah ketika Ia menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib. Pengorbanan ini bukan tragedi, melainkan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia.
Dosa memisahkan manusia dari Allah. Tidak ada usaha manusia yang cukup untuk menebus dirinya. Hanya darah Yesus, Sang Penebus yang tak bercacat, yang sanggup membayar harga dosa kita.
Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus membuka jalan kembali kepada Bapa. Setiap orang yang percaya kepada-Nya menerima pengampunan dan hidup kekal.
3. Kasih yang Tidak Terukur
Kasih Yesus terlihat jelas dalam kerelaan-Nya memberikan nyawa-Nya. Ia menanggung penderitaan, penghinaan, bahkan kematian, demi menebus dosa manusia. Kasih ini tidak bersyarat: Ia mati bukan hanya untuk orang benar, tetapi juga untuk orang berdosa.
Kasih yang begitu besar ini menjadi dasar iman Kristen. Kita hidup bukan lagi dalam rasa takut, melainkan dalam kepastian bahwa kita sudah ditebus.
4. Relevansi bagi Kehidupan Kita
Yesus sebagai Sang Penebus bukan sekadar cerita sejarah, tetapi kebenaran yang relevan bagi kita hari ini.
- Dalam penderitaan, kita diingatkan bahwa Yesus sudah menanggung penderitaan terbesar.
- Dalam kelemahan, kita dikuatkan karena Yesus sudah menanggung dosa dan memberi kita kemenangan.
- Dalam pelayanan, kita diberi teladan untuk mengasihi tanpa pamrih, melayani tanpa menuntut balasan.
Penebusan Kristus juga memanggil kita untuk hidup dalam kekudusan, karena kita telah dibeli dengan harga yang mahal.
5. Hidup sebagai Umat yang Ditebus
Penebusan Kristus memberi identitas baru: kita bukan lagi hamba dosa, melainkan anak-anak Allah. Identitas ini membawa tanggung jawab untuk hidup berbeda.
- Kita dipanggil untuk mengasihi sesama, karena sudah lebih dulu dikasihi.
- Kita diminta untuk mengampuni, karena sudah lebih dulu diampuni.
- Kita diajak untuk menjadi terang dunia, karena Sang Penebus sudah menerangi hidup kita.
Hidup sebagai umat yang ditebus berarti setiap langkah kita memuliakan Allah dan menjadi saksi kasih Kristus.
6. Kasih Penebusan yang Mengubah Dunia
Sejarah membuktikan, kasih Yesus yang menebus manusia telah mengubah dunia. Dari generasi ke generasi, jutaan orang mengalami hidup baru dalam Kristus. Gereja berdiri, pelayanan misi tersebar, dan banyak hati yang diubahkan.
Penebusan Yesus tidak hanya memberi dampak pribadi, tetapi juga membangun komunitas kasih, persaudaraan, dan pengharapan di tengah dunia yang penuh kekacauan.
Kesimpulan: Hidup dalam Kasih Penebus
Matius 20:28 menegaskan bahwa Yesus adalah Sang Penebus. Ia datang untuk melayani, bukan dilayani. Ia memberi nyawa-Nya sebagai tebusan bagi kita semua.
Kasih penebusan ini adalah dasar iman kita. Ia memberi kita identitas baru, pengharapan yang kekal, dan teladan hidup untuk melayani dengan kasih.
Mari kita hidup setiap hari dengan penuh syukur, karena kita sudah ditebus oleh darah Kristus. Kasih-Nya memanggil kita untuk hidup bukan bagi diri sendiri, melainkan bagi Dia yang telah mati dan bangkit bagi kita.