Perjanjian Baru ditulis pada abad pertama dengan kesaksian langsung para saksi Kristus. Lukas 1:3 jadi penegasan.
Pendahuluan: Pentingnya Periode Penulisan Perjanjian Baru
Sejarah penulisan Alkitab adalah kisah panjang tentang bagaimana Allah menyatakan firman-Nya. Jika Perjanjian Lama ditulis selama lebih dari seribu tahun, maka Perjanjian Baru memiliki periode penulisan yang lebih singkat, yaitu sekitar pertengahan abad pertama hingga awal abad kedua Masehi.
Lukas, seorang tabib dan rekan pelayanan Paulus, memberikan kesaksian dalam Injilnya: “Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu...” (Lukas 1:3).
Ayat ini menegaskan betapa teliti dan sungguh-sungguhnya para penulis Perjanjian Baru dalam menyampaikan firman Allah.
1. Rentang Waktu Penulisan Perjanjian Baru
Perjanjian Baru ditulis antara tahun 50 M hingga 100 M. Beberapa ahli berpendapat ada kitab yang selesai ditulis pada akhir abad pertama.
- Surat-surat Paulus adalah yang paling awal, sekitar tahun 50–60 M.
- Injil Markus diyakini ditulis sekitar tahun 60–70 M.
- Injil Matius dan Lukas ditulis sekitar tahun 70–80 M.
- Injil Yohanes dan Kitab Wahyu ditulis mendekati akhir abad pertama.
Rentang waktu yang relatif singkat ini membuat Perjanjian Baru memiliki kesatuan sejarah yang kuat.
2. Penulis dan Latar Belakang Perjanjian Baru
Perjanjian Baru ditulis oleh berbagai penulis yang merupakan saksi langsung atau rekan dekat para saksi pelayanan Yesus.
- Matius – seorang mantan pemungut cukai, menulis Injil untuk menekankan Yesus sebagai Mesias.
- Markus – rekan pelayanan Petrus, menuliskan Injil dengan gaya sederhana namun penuh kuasa.
- Lukas – tabib dan penulis yang teliti, menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.
- Yohanes – murid yang dikasihi Yesus, menulis Injil, tiga surat, dan Wahyu.
- Paulus – rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, menulis 13 surat.
- Yakobus, Petrus, Yudas – para pemimpin gereja mula-mula yang meneguhkan iman jemaat.
Keberagaman latar belakang ini memperlihatkan bahwa Allah memakai siapa saja untuk menyampaikan kebenaran-Nya.
3. Bahasa yang Dipakai
Bahasa utama Perjanjian Baru adalah Yunani Koine, bahasa umum dunia Mediterania kala itu. Hal ini memungkinkan pesan Injil menjangkau banyak bangsa.
Namun, beberapa ungkapan dan kutipan tetap membawa nuansa Ibrani dan Aram, menunjukkan akar Yahudi dari iman Kristen.
4. Tujuan Penulisan Perjanjian Baru
Ada beberapa tujuan utama penulisan kitab-kitab Perjanjian Baru:
- Mencatat kesaksian hidup Yesus – Injil meneguhkan kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus.
- Meneguhkan jemaat mula-mula – Surat-surat Paulus dan rasul lain memberi ajaran, nasihat, dan penghiburan.
- Menunjukkan misi Allah bagi bangsa-bangsa – Kisah Para Rasul mencatat penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ujung bumi.
- Memberi pengharapan akan kedatangan Kristus kembali – Wahyu mengungkapkan janji kemenangan akhir bagi orang percaya.
5. Lukas 1:3 sebagai Kesaksian Sejarah
Lukas menulis dengan teliti setelah menyelidiki peristiwa-peristiwa tentang Yesus dari sumber aslinya. Hal ini menunjukkan bahwa penulisan Perjanjian Baru tidak asal dicatat, melainkan berdasarkan penyelidikan, kesaksian saksi mata, dan pimpinan Roh Kudus.
Kesaksian Lukas memberi kita keyakinan bahwa Perjanjian Baru adalah dokumen historis yang dapat dipercaya.
6. Relevansi bagi Umat Percaya Masa Kini
Bagi kita saat ini, Perjanjian Baru bukan hanya catatan sejarah, tetapi pedoman hidup rohani.
- Firman yang dapat dipercaya – ditulis oleh saksi langsung dan terpelihara dengan baik.
- Meneguhkan iman – ajaran Yesus dan surat para rasul menguatkan kita dalam menghadapi tantangan zaman.
- Memberi pengharapan – Wahyu menegaskan janji kemenangan Yesus Kristus.
Mengajar untuk hidup benar – setiap bagian Perjanjian Baru menuntun kita untuk hidup dalam kasih dan kebenaran.
Kesimpulan: Firman yang Hidup dan Tetap Relevan
Periode penulisan Perjanjian Baru yang singkat, jelas, dan penuh kesaksian membuatnya menjadi bagian penting dari Alkitab yang otentik. Lukas 1:3 menegaskan bahwa firman Allah dicatat dengan teratur, teliti, dan diilhamkan oleh Roh Kudus.
Bagi orang percaya, Perjanjian Baru bukan hanya buku sejarah, tetapi sumber kehidupan yang membimbing kita mengenal Kristus, hidup dalam kasih-Nya, dan menantikan kedatangan-Nya kembali.
#SejarahAlkitab #PerjanjianBaru #Lukas13 #FirmanAllah #YesusKristus #PenulisanAlkitab #JalanKebenaran #RenunganKristen #KebenaranAlkitab #KeselamatanDalamKristus