Markus 2:17 menegaskan Yesus datang memanggil orang berdosa, bukan orang benar, membawa kasih di tengah kelemahan kita.
Pendahuluan: Yesus yang Memahami Kelemahan Kita
Hidup ini penuh dengan kegagalan, kelemahan, dan keterbatasan. Kita semua pernah jatuh dalam dosa, merasa tidak layak, atau kehilangan arah. Namun Markus 2:17 memberi kita pengharapan besar: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Ayat ini mengungkapkan hati Yesus yang penuh kasih, yang mau merangkul kita justru di saat kita terlemah, bukan ketika kita sempurna.
1. Kasih yang Tidak Menghakimi
Banyak orang merasa bahwa Allah hanya mau menerima mereka jika hidupnya sudah benar. Tetapi Yesus datang justru untuk mereka yang tersesat dan lemah. Ia tidak menunggu kita menjadi sempurna, melainkan mencari kita di tengah kekacauan hidup. Kasih Yesus tidak menghakimi, tetapi memulihkan. Ia melihat hati kita, bukan sekadar kesalahan kita. Di saat orang lain mungkin menjauh, Yesus justru mendekat untuk menyembuhkan luka terdalam.
2. Yesus sebagai Tabib Jiwa
Yesus memakai perumpamaan “tabib” untuk menggambarkan misi-Nya. Seperti dokter yang datang untuk menyembuhkan orang sakit, Yesus datang untuk memulihkan orang berdosa. Penyakit rohani yang kita derita adalah dosa, dan hanya Yesus yang memiliki obatnya: pengampunan melalui darah-Nya. Tidak ada penyakit rohani yang terlalu parah bagi-Nya. Kasih-Nya sanggup memulihkan hati yang paling hancur sekalipun.
3. Kelemahan Bukan Alasan untuk Menjauh
Seringkali rasa malu atau rasa bersalah membuat kita menjauh dari Tuhan. Namun justru di saat kita lemah, kita paling membutuhkan-Nya.
Rasul Paulus berkata dalam 2 Korintus 12:9: *“Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”* Yesus tidak terganggu oleh kelemahan kita. Ia melihatnya sebagai kesempatan untuk menunjukkan kuasa dan kasih-Nya yang besar.
4. Kasih yang Mengubah Hidup
Pertemuan dengan kasih Yesus tidak pernah membuat kita sama lagi. Orang-orang yang dipanggil-Nya—seperti Lewi dalam Markus 2—meninggalkan hidup lama dan mengikut Dia. Kasih yang Yesus berikan bukan hanya penghiburan sementara, tetapi kekuatan untuk berubah. Ia mengangkat kita dari keterpurukan, memberi arah baru, dan menuntun setiap langkah kita menuju kehidupan yang berkenan kepada Allah.
5. Panggilan untuk Datang kepada Yesus
Kasih Yesus di tengah kelemahan kita adalah undangan untuk datang mendekat, bukan menjauh. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, dan tidak ada hati yang terlalu rusak untuk disembuhkan.
Yesus memanggil kita untuk:
- Mengakui kelemahan dan dosa kita di hadapan-Nya.
- Menerima kasih karunia dan pengampunan-Nya.
- Mengikuti-Nya dengan hati yang dipulihkan.
Kesimpulan: Kasih yang Tak Pernah Meninggalkan
Markus 2:17 mengingatkan bahwa Yesus datang bukan untuk orang yang merasa diri benar, tetapi untuk mereka yang sadar akan kebutuhannya akan penyelamat. Kasih Yesus selalu tersedia, bahkan di tengah kelemahan, kegagalan, dan luka terdalam kita. Yang Ia minta hanyalah hati yang mau datang dan percaya kepada-Nya. Mari kita bersyukur atas kasih yang luar biasa ini, dan hidup dalam pengharapan bahwa di setiap kelemahan, kasih Yesus selalu cukup untuk menopang kita.
#KasihYesus #RenunganKristen #Markus217 #PengampunanDosa #KasihKarunia #HidupDalamKristus #YesusSangTabib #FirmanTuhan #RenunganHarian #JalanKebenaran


